Rabu, 24 Desember 2014

TIDAK SEMUA PERTANYAAN MU HARUS KU JAWAB…


Imam syafii berkata, “Kalau engkau menjumpai ada orang yg menjawab semua pertanyaan yg diajukan  maka yakinlah itu adalah orang bodoh“. Imam Syafi’I juga menceritakan bahwa Imam malik ketika diajukan 50 pertanyaan tentang agama, beliau hanya menjawab 10 pertanyaan selebihnya Beliau menjawab dengan “Saya tidak tahu”.
Menarik untuk ditelaah, ulama sekelas Imam Syafi’I yang luas pengetahuan agamanya dan pendiri sebuah mazhab yang besar pengikutnya mengatakan seperti itu. Saya mencoba menafsirkan apa yang beliau sampaikan, tentu saja ini bukan tafsiran yang paling benar. “Kalau engkau menjumpai ada orang yg menjawab semua pertanyaan yg diajukan  maka yakinlah itu adalah orang bodoh” bukan berarti Imam Syafi’I melarang seseorang menjawab pertanyaan orang lain. Beliau menyampaikan nasehat agar kita berhati-hati dalam menyampaikan jawaban terutama persoalan agama.
Di zaman sekarang orang sangat mudah menafsirkan agama, menjawab pertanyaan-pertanyaan orang dengan dalil al-Qur’an dan Hadist tapi dengan penafsiran dia sendiri tanpa merujuk pendapat para pendahulu dan dia meyakini itu sebagai kebenaran tunggal. Di TV misalnya ketika membahas tentang agama, seorang ustad dengan gampang menjawab pertanyaan orang tanpa berfikir sejenak dan adakalanya jawaban yang diberikan salah.
Ucapan Imam Syafi’I itu sebagai nasehat kepada kita untuk tidak selalu harus tampil sebagai orang pintar agar mendapat pujian orang. Kita harus terbiasa rendah hati, di saat tertentu harus berani menjawab, “Saya Tidak Tahu” terhadap pertanyaan yang kita sendiri ragu dengan jawaban yang akan diberikan.
Mengikuti akhlak Imam Malik yang pengetahuan tentang agama tidak diragukan lagi, Beliau terbiasa dengan jawaban “Saya Tidak Tahu” dan Beliau nyaman dengan jawaban tersebut. Bisa jadi pertanyaan yang diajukan kepada Imam Malik adalah hal-hal yang berhubungan dengan hakikat yang Beliau sendiri tidak berani menjawabnya, khawatir jawaban Beliau salah.
Di dalam Tarekat, seorang murid di ajarkan untuk bertanya dalam hati terhadap apa yang tidak diketahui, kemudian dia berdzikir memohon jawaban dari Allah SWT. Biasanya aka nada jawaban, baik berupa bisikan, langsung dari Gurunya atau dari orang lain. Itulah jawaban yang sebenarnya dia perlukan. Sering kali kita bertanya tentang sesuatu yang tidak kita perlukan.
Di awal saya berguru, sebagai orang yang telah terbiasa dengan syariat dan sangat awam tentang tarekat, banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam kepala saya. Saya menganggap orang tarekat itu adalah orang bodoh yang tidak paham tentang agama, minim dalil-dalil dan tidak berfikir kritis. Lama hati saya bombing, antara meneruskan berguru atau keluar dari tarekat. Syukur Alhamdulillah, karunia dari Allah SWT membuka hijab yang paling halus dalam diri saya yaitu hijab ilmu, merasa pandai tetapi sebenarnya bodoh.
Di awal berguru, banyak pertanyaan yang saya ajukan langsung kepada Guru, Beliau hanya menjawab sedikit, selebihnya Beliau menjawab, “Saya Tidak Tahu”. Saya tersadar bahwa cara saya berguru salah adalah ketika Beliau menjawab pertanyaan salah dengan mengutip ucapan dari Imam al-Ghazali, “Tidak semua pertanyaanmu harus ku jawab, biarlah engkau akan tahu sendiri”.

Sabtu, 20 Desember 2014

ARTI CINTA DALAM ISLAM





Cinta, apa sih arti dari cinta itu ??? semua orang dan para ahlinya pastilah memliki pendapat dan pemikiran yang berbeda-beda. Kalau menurtku pribadi cinta itu ya cinta, saya sendiri juga bingung mengartikan apa yang namanya cinta itu. Namun cinta itu akan selalu ku berikan dan hanya untuk Allah SWT dan Rasulullah SAW lah cinta abadi itu.Cinta yang juga selalu ku berikan untuk ke dua orang tua ku terutama keluarga ku, sahabatku, orang di sekitarku, dan masih ada tanda tanya besar untuk cinta yang ku berikan kepadanya (halagh palingan cuman cinta monyet biasa, yang penting kerja nyari duit yang banyak dulu, haha malah curhat).

Pada hakekatnya Cinta itu adalah sebuah amalan hati yang akan terwujud dalam (amalan) lahiriah. Apabila cinta tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Allah SWT, maka ia akan menjadi ibadah. Dan apabila sebaliknya, jika cinta itu tidak sesuai dengan ridha Allah SWT maka akan menjadi perbuatan maksiat (seperti yang terjadi pada zaman sekarang ini). Berarti jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang bila keliru menempatkannya akan menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai Allah yaitu kesyirikan.

Islam menyeru kepada cinta, yaitu cinta kepada Allah, cinta kepada Rasulullah, cinta kepada Agama, cinta kepada aqidah, juga cinta kepada sesama makhluk, sebagaimana Allah menjadikan perasaan cinta antara suami istri sebagai sebagian tanda dan bukti kekuasaan-Nya, firman Allah SWT:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Ar-Ruum: 21)”.
Cinta Menurut Al Qur’an :

1. CINTA MAWADDAH adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

2. CINTA RAHMAH adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih walaupun ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antara orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim ertinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.

3. CINTA MAIL adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedut seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.

4. CINTA SYAGHAF adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) boleh jadi seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyedari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, isteri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.

5. CINTA RA’FAH yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak sanggup membangunkannya untuk sholat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut istilah ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini hukuman bagi penzina (Q/24:2).

6. CINTA SHOBWAH yaitu cinta buta, cinta yang mendorong kelakuan yang menyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut istilah ini ketika mengisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, “wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)”.

7. CINTA SYAUQ (RINDU), istilah ini bukan dari Al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan Al Qur’an. Dalam surat Al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad :  ”wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu”. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab “Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin”, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, (hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi).

8. CINTA KULFAH yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positif meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut Al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, “la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)”.

Cinta Sejati Menurut Islam :

1.      Tidak rela yang dicintai menderita
2.       Rela berkorban apapun demi yang dicintai
3.      Memenuhi segala keinginan dari yang dicintai
4.      Tidak pernah memaksakan kehendak kepada yang dicintai
5.      Berlaku sepanjang masa. Cinta tersebut hanya ada antara Khalik dan Makhluk, cinta  antara makhluk harus ditambah syarat-syarat berikut :

  • Cintanya tersebut karena Allah S.W T.
  • Harus memenuhi segala aturan yang dibuat oleh Allah SWT
  • Sex bukanlah cinta dan cinta bukanlah sex, tetapi sex adalah bunga-bunga dari cinta  dan hanya ada dalam pernikahan dan hanya dengan yang dinikah
  • Cinta bukan uang atau harta atau duniawi, tetapi cinta membutuhkan uang, harta dan duniawi.


Begitu indahnya cinta Islam, cinta untuk Allah, cinta untuk Rasulullah, cinta untuk orang yang melahirkan kita, cinta untuk orang tua kita, cinta untuk sahabat kita, cinta untuk orang di sekitar kita, cinta untuk orang yang akan mendampingi kita nantinya, dan tentunya cinta untuk semua makhluk-makhlukNya. Namun pada zaman sekarang dan situasi kondisi saat ini, cinta yang lahir cenderung penuh dengan hawa nafsu, nafsu yang menggebu-gebu dan menyimpang dari norma-norma agama dan apa yang telah diperintahkan Allah SWT, serta menyimpang dari sebuah tujuan murni cinta itu yang sebenarnya. Setiap saat, setiap hari kita terutama pada kalangan muda bahakan anak-anak pun dibuai dengan lagu-lagu cinta, dibuat terlena dengan tontonan kisah cinta (sinetron, film) yang menghanyutkan kita ke dalam dunia khayal yang merugikan. Bahkan sekarang ini banyak orang yang menyalahartikan makna dan arti dari apa cinta itu sebenarnya, sehingga mereka terdorong melewati batas pergaulan dan tatasusila seorang mukmin.
Maka daripada itu,  renungkanlah sejenak kawan hakikat sebuah kehidupan kita di dunia ini. Rasullulah SAW bersabda:

“Tidak sempurna iman salah seorang dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai diri sendiri.” Juga sabda Rasulullah, “Barang siapa ingin mendapatkan manisnya iman, maka hendaklah ia mencintai orang lain karena Allah.” (HR Hakim dari Abu Hurairah)”.

Ingatlah Sobat kita di dunia ini hanyalah mampir minum sebentar. Lihatlah matahari yang biasa menerangi alam semesta ini, seterang-terangnya dan  sepanas-panasnya dia…saat waktunya tiba, dia juga akan menghilang dan pulang kembali ke peraduannya, begitu juga dengan apa yang kita miliki di dunia ini, bahkan diri kita sendiri, jika saatnya tiba, …kita juga akan sama dengan matahari itu.

Kamis, 18 Desember 2014

KEUTAMAAN PEMUDA DALAM ISLAM




Keutamaan Pemuda dalam Islam, Berikut adalah beberapa Ayat Al-quran dan hadits yang memuji para pemuda. 

Allah berfirman :

فَمَا آمَنَ لِمُوسَىٰ إِلَّا ذُرِّيَّةٌ مِنْ قَوْمِهِ عَلَىٰ خَوْفٍ مِنْ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ أَنْ يَفْتِنَهُمْ ۚ وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِي الْأَرْضِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الْمُسْرِفِينَ

"Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam Keadaan takut bahwa Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir'aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. dan Sesungguhnya Dia Termasuk orang-orang yang melampaui batas. " (Q.S.Yunus :83)

Kemudian dalam mengisah ashhabul kahfi Allah berfirman :

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى

"Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar.
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. "( Q.S.Al Kahfi :13)


Allah berfirman :
Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim ".
Maksudnya ibrahim melakukan hal ini ketika usianya masih muda remaja.

Kemudian Al-Qur'an banyak membicarakan para pemuda yang telah mengukir prestasi dalam berbagai keutamaan,antara lain adalah isma'il yang telah rela mengorbankan dirinya untuk di potong lehernya karena taat pada Allah dengan penuh kesadaran.

Al-Qur'an juga menceritakan pemuda lain kepada kita,yaitu nabi yusuf alaihissalam. Ia di tawari oleh seorang wanita yang sangat cantik untuk melakukan hubungan biologis,yang seandainya ia mau melakukannya tidak ada sesuatupun yang dapat menghalanginya. Namun nabi yusuf menolak ajakan tersebut dan memilih hidup mendekam di penjara semata-mata karena keimanannya kepada Allah SWT.

Dalam Tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa mayoritas orang –orang yang merespon baik seruan nabi adalah kalangan muda. Mereka diantaranya adalah Shabat Abu Bakar yang masuk Islam pada Usia 38 tahun, Shabat Umar masuk Islam pada umur 28 tahun dan Sayyidina Ali yang masuk Islam kurang dari umur 10 tahun dan masih banyak yang lainnya yang masuk Islam kisaran berumur 12,13,14 dan 15 Tahun.

Hadist Nabi

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda :
"Ada 7 golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya. Pada hari itu, tidak ada naungan, kecuali nanungan Allah. Golongan tersebut adalah pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di dalam beribadah kepada Allah, seseorang yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid-masjid, dua orang yang saling mengasihi karena Allah, mereka bertemu dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diundang oleh seorang perempuan yang berkedudukan dan berwajah elok (untuk melakukan kejahatan) tetapi dia berkata, 'Aku takut kepada Allah!', seorang yang memberi sedekah, tetapi dia merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya, dan seorang yang mengingat Allah di kala sendirian sehingga menetes air matanya." (HR Bukhori) 

Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda :

"Se­sungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum ter­hadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah." (HR Ahmad, Thabrani dalam al-Mu`jamul Kabir dan lainnya).

Kata shabwah yang dikaitkan dengan pemuda pada hadis di atas, dijelaskan dalam kitab Faidhul Qadir (2/263) sebagai pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya. Sebaliknya, dia membiasakan diri melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan. 

Terakhir, dua buah hadist yang semoga bisa menjadi peringatan untuk kita semua, para pemuda, untuk tidak menyianyiakan masa muda tersebut dengan hal-hal yang bisa mendatangkan murka Allah.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadits Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu,

"Tidak akan beranjak kaki anak Adam pada Hari Kiamat dari sisi Rabbnya sampai dia ditanya tentang 5 (perkara) : Tentang umurnya dimana dia habiskan, tentang masa mudanya dimana dia usangkan, tentang hartanya dari mana dia mendapatkannya dan kemana dia keluarkan dan tentang apa yang telah dia amalkan dari ilmunya". (HR. At-Tirmizi)


Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ 

"Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :

[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu."

(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir)

Wallahu a’lam

Itulah sedikit uraian tentang, Keutamaan Pemuda dalam Islam, semoga bisa menjadi bahan renungan untuk kita semua, dan semoga Allah selalu membimbing kita di jalannya, agar tidak terlena dan tidak menjadi golongan-golongan orang merugi.





Rabu, 17 Desember 2014

Kisah Cinta Sayyidina Ali Bin Abi Tholib dengan Sayyidah Fatimah Azzahra



Entah kenapa aku begitu gundah saat dia bilang kepadaku

  • Aku jadi sedih
  • Tak bersemangat hidup
  • Berpikir dia tidak mencintai aku

       Saya bingung apa maksudnya, namun setelah bertahun aku mencari jawaban tentang pertanyaan tersebut aku baru tersadar.


 “Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mempersilahkan, atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan, yang kedua adalah keberanian.” 
Lalu saya jadi teringat kembali akan kisah cinta Ali dan Fatimah, dan inilah maksud dari orang yang ku cintai akan cinta dalam diam :

Ada sebuah rahasia di hati Ali yang tak pernah diketahui siapapun. Fatimah yang kala itu adalah sahabat karibnya, yang sekaligus putri kesayangan Rasulullah, memiliki paras yang sangat mempesona, kesantunannya, ibadahnya, dan kecekatan kerjanya yang sanggup memukau Ali kala itu..
Ali tak pernah tahu apakah rasa yang dirasakannya terhadap Fatimah itu bisa disebut cinta. Tapi ia tersentak ketika mendengar kabar yang sontak mengejutkannya. Fatimah dilamar oleh Abu Bakar Ash Shiddiq, seorang sabahat yang kedudukannya paling dekat dengan Rasulullah. Seorang lelaki yang iman dan akhlaknya tak perlu diragukan lagi.
Ali merasa bahwa Allah sedang mengujinya, merasa bahwa dirinya tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Abu Bakar. Ali tak pernah menyadari, walaupun ia bukan kerabat dekat Rasulullah, namun keimanan dan pembelaannya terhadap agamanya juga tak tertandingi. Seperti saat Abu Bakar menjadi kawan perjalanan Rasulullah saat berhijrah. Justru Ali bertugas menggantikan Rasulullah menanti maut di ranjangnya.
Memang tak bisa dipungkiri, Abu Bakar sangat berjasa dalam perkembangan Islam di masa Rasulullah. Mengingat berapa banyak tokoh maupun saudagar yang masuk Islam karna tangan dinginnya. Lagi pula Abu Bakar adalah seorang saudagar yang secara finansial InsyaAllah mampu membahagiakan Fatimah, itulah yang ada dibenak Ali. Sedangkan dirinya hanyalah pemuda dari keluarga yang pas-pasan. Saat itu Ali berfikir, inilah pergulatan antara “Persaudaraan dan Cinta”. Apakah dia harus mengutamakan Abu Bakar yang sudah seperti saudara, ataukah dia harus mengutamakan Cintanya atas Fatimah?. .
Waktu demi waktu pun berlalu, terdengar kabar bahwa lamaran Abu Bakar atas Fatimah ditolak. Mendengar berita itu, tak hayal seperti tumbuh tunas-tunas harapan baru di hati Ali, lantas ia pun mulai memantaskan diri. Tapi ternyata ujian Allah belum berakhir, Allah masih menguji cinta mereka. Setelah lamaran Abu Bakar di tolak, datanglah seorang lelaki yang sejak masuknya ia ke Islam mampu membuat kaum Muslimin mengangkat tegak wajahnya, karena ia mampu membuat musuh-musuh Allah bertekuk lutut. Ya, ia adalah Umar bin Khattab, yang datang untuk melamar Fatimah.
Dan lagi-lagi, Ali pun merasa bahwa dirinya lebih kecil dibanding Umar. Bila dibandingkan dengan Umar siapalah dirinya. Betapa tinggi kedudukan Umar di sisi Rasulullah, ayah Fatimah. Disaat Rasulullah berhijrah, Ali hanya berani menyusul Rasulullah dikelam malam dengan sembunyi-sembunyi dari kejaran musuh yang frustasi karna tak menemukan Rasulullah. Siang harinya, lagi-lagi ia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir, menanti dan bersembunyi. Sementara Umar, ia telah lebih dulu berangkat. Bertawaf lalu naik ke atas Ka’bah sembari berteriak menantang suku Quraisy untuk melawan dirinya. Sekali lagi, Ali sadar, siapalah dirinya bila dibandingkan dengan lelaki pemberani seperti Umar. Ali merasa bahwa dirinya adalah pemuda yang belum siap menikah, apalagi menikahi Fatimah, seorang putri Rasulullah. Umar jauh lebih layak.
Lagi-lagi, lamaran pun ditolak. Dan berita ini pun sampai ke telinga Ali. Fikirnya, menantu seperti apakah yang diinginkan Rasulullah? Apa seperti suami Zainab binti Rasulullah, sang saudagar kaya? atau seperti suami Ruqayyah binti Rasulullah, Utsman sang milyader?. Kedua menantu Rasulullah ini benar-benar membuat Ali hilang kepercayaan diri. Lantas datanglah sahabatnya, ia meminta Ali untuk mencoba mencalonkan diri sebagai menantu Rasulullah, calon suami untuk Fatimah. Meskipun awalnya pesimis, tapi sahabat-sabahat Ali ini terus menyemangatinya, Ali pun luluh.
Suatu hari, Ali memberanikan diri mencoba menghadap Rasulullah untuk mencalonkan diri melamar Fatimah. Meskipun ia sadar, secara ekonomi tak ada yang bisa dijanjikan dari dirinya. Ia hanya memiliki satu set baju besi dan beberapa persediaan tepung kasar. Tapi ia mencoba untuk menenangkan dirinya bahwa ia adalah seorang pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya, seorang pemuda yang meyakini bahwa Allah itu Maha Kaya.
Secara mengejutkan Rasulullah pun menjawab dengan “Ahlan wa sahlan”. Sebuah kata yang meluncur bersama senyuman. Ali pun bingung, apa maksudnya. Sebuah ucapan selamat datang yang sulit untuk dijabarkan apakah sebuah isyarat penerimaan atau penolakan. Tapi akhirnya kebingungannya pun terjawab, Rasulullah benar-benar menerima pinangan Ali atas fatimah dengan mengandalkan baju besinya. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakar, Umar, juga Fatimah. Akhirnya Allah pun mentakdirkannya untuk bisa memiliki Fatimah, dengan keberanian untuk menikah sekarang! bukan janji-janji! dan nanti-nanti! walaupun dirinya belum memiliki apa-apa. Inilah yang dimaksud dengan cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti Ali, ia mempersilakan, atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan, yang kedua adalah keberanian.
Setelah pernikahan mereka barulah Ali tahu,  bahwa Fatimah pun memendam perasaan yang sama pada Ali sejak lama. Ya, inilah cinta diam-diam yang sangat indah. Sebuah cinta yang tak pernah diungkapkan pada manusia, tapi hanya diungkapkan pada Sang Pemilik Hati. Disinilah Kekuasaan Allah berbicara, dua hati yang tak saling tahu bahwa saling cinta, pada akhirnya disatukan karena kesabaran dan ketulusan.
Subhanallah…...
wallahu a’lam.......

J J J



PERAN WANITA DALAM KEBANGKITAN UMAT ISLAM






Sejak awal, perempuan telah memainkan peran penting dalam kemajuan Dakwah Islam. Mulai daripengorbanan Sumayyah, hingga peran Aishah dalam pengumpulan hadist-hadist, perempuan telah berperan dalam berkembangnya dan menyebarkan dien ini.
Sayangnya selama ini, kebangkitan Islam menderita kelemahan dalam personil Muslimah yang berkualitas, karena adanya ‘pembatasan’ kerja di dalam dakwah.

Dakwah terhadap perempuan adalah keharusan, bahkan perempuan sendiri juga terikat akan kewajibanberdakwah. Karena pada dasarnya berdakwah adalah kewajiban bagi seluruh Muslim. Terlebih dari kaum perempuan sendiri cenderung, ‘meninggalkan’ dan menjauhi aktivitas dakwah itu sendiri.

Beberapa permasalahan dan hambatan kurangnya tenaga dakwah dari kaum perempuan, antara lain :

·        Kurangnya kemampuan Dakwah oleh perempuan.
·  Terbatasnya sumber daya serta kurangnya inisiatif pribadi pada pihak perempuan.
·  Adanya pengabaian atau kelalaian terhadap isu-isu perempuan dalam perencanaan Dakwah Islam.
·       Tidak adanya tarbiyah yang kuat dan kurangnya pengetahuan Islam di bidang Dakwah.
·  Kebanyakan wanita tidak memiliki pemahaman yang tepat terkait peran Dakwah,
·   Program dakwah oleh lembaga terhadap wanita belum terorganisasi dengan baik.

Berikut adalah beberapa alasan betapa pentingnya partisipasi perempuan dalam bidang Dakwah (terhadap Muslimah yang lain) :

·   Wanita lebih mampu daripada laki-laki yang dalam berkomunikasi dengan perempuan lain. Wanita biasanya lebih dipengaruhi oleh kata, perbuatan, dan perilaku perempuan lain. Wanita lebih mampu mengenali kekhasan dan masalah yang terkait dengan pendidikan perempuan dan tarbiyah.
·      Wanita dapat memahami dengan lebih baik ke arah mana dakwah terhadap perempuan harus diarahkan. Mereka yang terbaik dapat melihat urutan prioritas, karena mereka lebih akrab dengan bidang ini.
·    Wanita lebih bebas daripada pria dalam berkomunikasi dengan perempuan lain, baik secara individual untuk kegiatan Dakwah, atau dalam kegiatan belajar, forum lain dan tempat-tempat pertemuan.
·   Banyak wanita Muslim yang membutuhkan bimbingan, pendidikan, namun kurangnya kehadiran lembaga yang dapat menyediakan layanan ini, karena itu sangat masuk akal bahwa perempuan yang berkualitas di masyarakat harus ‘menawarkan’ diri sebagai pembimbing bagi saudari seimannya.
·   Permasalahan terkait pendidikan dan kebutuhan tarbiyah perempuan yang lebih besar dari laki-laki. Mereka hamil, melahirkan, dan merawat anak-anak. Anak-anak lebih terikat dengan ibu mereka daripada mereka kepada ayah mereka.
· Perempuan memiliki efek besar pada suami mereka. Jika mereka memiliki Iman yang kuat dan karakter, mereka memiliki kesempatan yang sangat baik untuk membantu suami mereka menjadi kuat juga.
·   Wanita memiliki banyak karakteristik yang menekankan pentingnya peran Dakwah mereka. Mereka juga harus diperhitungkan setiap kali ada pekerjaan Dakwah direncanakan.

Ø Sebuah Peran Pasti:
Pekerjaan para wanita Muslim di bidang Dakwah pada dasarnya memperkuat kerja dahwah pria. Sangat menyedihkan bahwa peran ini begitu terlalu diabaikan dan diremehkan. Dengan sifatnya sebagai selimut spiritual dan psikologis manusia, wanita dapat memainkan peran penting dalam Dakwah.
Khadijah (radiyhuanha) memberikan kenyamanan, bantuan, dan dukungan kepada Nabi Muhammad, yang menjadikan bukti terbesar dari sangat pentingnya peran ini.
Para Sahabat Nabi yang memilih meninggalkan rumah mereka untuk pergi ke tempat yang ribuan mil jauhnya demi Islam pada awal-awal penyebaran Islam di Mekkah, juga memiliki dukungan dari istri mereka.
Sangat sedikit wanita saat ini memahami atau menyadari peran dirinya terhadap dakwah, apalagi melaksanakannya. Seorang wanita mungkin berpikir bahwa pernikahan adalah rumah tempat istirahat bagi mereka. Mereka belum menyadari bahwa pernikahan adalah titik awal perjuangan, pengorbanan, memberi dan tanggung jawab.
Peran perempuan tidak berakhir di depan pintu. Dia dapat sangat efektif dengan menjadi contoh yang baik kepada orang lain, dengan menjadi baik hati, ramah berbicara, dan perilaku ramah. Dia bisa menawarkan bantuan, dan keprihatinan berbagi serta sukacita. Dia juga dapat menggunakan semua kesempatan yang tepat untuk mendidik, membimbing orang lain.
Wanita yang memahami peran mereka akan dakwah dan kebangkitan Islam, akan mulai mendidik diri mereka sendiri dan mencapai hak-hak mereka atas pendidikan dan tarbiyah. Lihatlah Hadis riwayat Abu sa’i bahwa Para sahabiyah pernah mengadu kepada Rasul shalallohu ‘alaihi wa sallam karena merasa tidak mendapatkan kesempatan yang sama dengan para sahabat dalam mendapatkan penjelasan agama. Sebab Rasul shalallohu ‘alaihi wa sallam ketika menyampaikan ajaran Islam dalam majlis, hanya dihadiri oleh kaum laki-laki. Maka Para wanita itu meminta kepada Rasul saw agar menyediakan satu hari khusus untuk memberi pelajaran kepada kaum wanita tanpa kehadiran laki-laki.
Ummu Sulaim mengajar anaknya Anas bin Malik tentang Islam, meskipun suaminya menolak Islam. Ketika Abu Thalhah melamarnya (sebelum menerima Islam) dia mengatakan bahwa mas kawinnya adalah Islam, Abu Thalhah pada gilirannya memeluk Islam dan menikahi Ummu Sulaim.
Jika kita bergerak ke lingkaran yang lebih luas, kita akan menemukan bahwa wanita Muslim memainkan peran besar dalam pengorbanan dan layanan untuk agama Allah. Sumayyah menyerah hidupnya ketika Abu Jahal membunuhnya karena memilih menjadi seorang Muslim. Dia adalah Muslim dan perempuan pertama yang tewas dalam Islam.
Khadijah, istri pertama Nabi yang sangat kaya, menghabiskan uangnya untuk mendukung dakwah suami tercintanya. Ummu Salamah rela meninggalkan suaminya dan melihat anak-anaknya dianiaya ketika diahijrah. Ummu ‘Imarah turut berjuang dalam membela Nabi (damai dan berkah besertanya) dalam perang Uhud, dengan merawat yang terluka dalam pertempuran adalah peran Perempuan Muslim memainkan peran dalam perang sepanjang sejarah Islam.
Fakta bahwa kami menekankan pentingnya peran perempuan dalam Dakwah Islam tidak seharusnya menjauhkan kita dari fitrah penciptaan perempuan terhadap dakwah. Biasanya, peran utama wanita dan pekerjaan di rumah. Ini jelas dinyatakan dalam Al Quran dan Hadis. Allah berfirman, ” Menetaplah di rumah kalian ( para wanita )...” [Ahzab: 33]
Tentu saja perempuan dapat pergi keluar untuk salat di masjid, berpartisipasi dalam kegiatan lain yang mungkin diperlukan dan untuk melakukan Dakwah. Namun, tidak satupun dari kegiatan ini harus bertentangan dengan kewajiban penting di rumah sebagai istri dan ibu.
Dalam banyak kasus, inilah keseimbangan antara tugas-tugas penting wanita itu dan persyaratan kerja Dakwah, yang telah menyebabkan masalah dan kesalahpahaman dalam keluarga dan masyarakat.
Ada banyak hal yang juga harus diperhatikan terkait kegiatan dakwah wanita. Tidak adanya pencampuran pria dan wanita, yang harus diperhatikan dalam setiap kegiatan Dakwah dan dalam keadaan apapun. Cara berpakaian bagi wanita yang harus sesuai syar’i.
Seperti Nabi melihat kebutuhan untuk menyisihkan waktu khusus untuk menangani kebutuhan perempuan dalam komunitasnya, sehingga organisasi harus mencoba untuk menyesuaikan bekerja Dakwah mereka kepada perempuan dan isu-isu masyarakat.
Setiap program Dakwah diarahkan terhadap wanita harus berusaha untuk, setidaknya, melayani tujuan sebagai berikut:

·                            Memperkuat Iman: Hal tersebut dilengkapi dengan kegiatan ibadah yang meningkat, mengingat Allah(berdzikir), dan refleksi pada nama Allah, dan kekuasaan-Nya dan penciptaan dalam diri kita dan di alam semesta. Namun ini, tidak akan mungkin tanpa penanaman-pemahaman yang benar tentang isu-isu tertentu yang terkait dengan ‘Aqidah kita, dan penekanan terhadap Tauhid.

·                   Meningkatkan pengetahuan :  Tanpa itu seseorang tidak bisa mencapai banyak. Penekanan khusus harus diletakkan pada dasar-dasar Islam dan pada mata pelajaran terkait kebutuhan bahwa da’iyah di lingkungannya. Pengetahuan tentang paham, ide, kelompok dan sekte yang menyimpang dari Islam. Kesadaran harus dibangkitkan mengenai mereka yang tidak ingin melihat penyebaran Islam dan yang memperoleh dasar dalam hati dan pikiran orang-orang.

·      Membangun kepribadian Dakwah :  Dakwah membutuhkan pengorbanan dan karena itu perempuan harus siap untuk menanggung ‘biaya’ keungan yang mungkin dikeluarkan untuk Islam. Ini datang dengan tujuan kebangkitan umat Islam dan mengkounter upaya-upaya musuh Islam. Kepemimpinan, tanggung jawab dan inisiatif individu harus diajarkan. Fakultas pendidikan teoritis dan praktis harus dipupuk. Para da’iyah harus diajarkan keterampilan sosial yang diperlukan dan pentingnya Dakwah melalui contoh yang baik dan tindakan. Mereka juga harus diajarkan  konsep nilai waktu, manajemen dan bagaimana menggunakan kegiatan yang menyenangkan dan halal selama waktu luang mereka.

·         Membangun kekebalan terhadap dosa: Ini termasuk mengenali penyakit-penyakit dosa, terutama yang berkaitan dengan perempuan, dan menghalangi jalan menuju dosa tersebut dengan menghindari hal-hal, kegiatan dan tempat yang akan menjadi pintu terbukanya dosa.
Persiapan psikologis dengan memastikan bahwa da’iyah memiliki iman dalam ketulusan Allah, harapan, cakupan dalam kebenaran, kebanggaan dalam Islam, kesabaran, dan pengetahuan tentang kondisi dan lingkungan dari orang yang mereka menangani. Ini adalah aspek yang sangat penting dari kesiapsiagaan, karena pendakwah terikat kepada orang-orang, yang memiliki karakter dan kecenderungan yang berbeda.
Da’iyat yang memberikan kuliah, seminar, khotbah, dan lain-lain harus mampu membujuk para pendengar dengan mengatasi pikiran mereka melalui bukti dan bukti. Mereka juga harus mampu membangkitkan nafsu mereka, emosi, dan perasaan. Mereka harus berlatih menyampaikan ceramah untuk perempuan di masjid-masjid, sekolah, atau tempat lain di mana wanita berkumpul. Mereka juga harus mengawasi dan membimbing peserta wanita, dan dengan lembut memperbaiki kesalahan mereka.
Bidang kepenulisan dan penerbitan tidak boleh diabaikan dalam zaman ketika manusia dapat dengan mudah mengakses segala hal melalui buku, booklet, surat kabar, dan internet. Tulisan harus meyakinkan, melalui argumen yang jelas, dan disebarkan tentunya.
Menulis adalah bentuk salah satu cara dakwah paling tepat dan penting bagi perempuan. Mereka dapat menulis di rumah dan dengan demikian mampu memanfaatkan waktu luang mereka secara positif dan tentunya dengan cara ini mereka dapat menjangkau semua kelas masyarakat.

Ø  Bidang Dakwah Wanita

·          Bidang pendidikan : Hal tersebut terkait dengan hal memuliakan dan pemurnian jiwa melalui iman. Pikiran dan jiwa sehingga bisa disentuh. Bidang ini dapat ditemukan di masjid-masjid, sekolah, asosiasi, kelompok Dakwah, dan lain-lain.

·             Bidang sosial : Ini berhubungan dengan kesehatan tubuh dan psikologis serta pembangunan sosial dan interaksi antara orang-orang yang mencerminkan secara positif pada realisasi pendidikan rohani dan pembentukan karakter muslim.
Contoh yang lebih spesifik dari apa yang wanita dapat mengambil bagian sebagai Dakwah adalah :

·       Rumah : Ini jelas merupakan tempat paling subur dan paling efektif. Yang telah ditetapkan Allah baik suami dan istri sebagai memelihara satu sama lain dan keluarga. Ibu dan ayah bertanggung jawab mendidik dan memelihara anak-anak mereka baik dari aspek fisik moral, psikologis, sosial, dan eksternal satu sama lain dan anak-anak mereka.

·        Komunitas Muslim: Amal, saran, dan arahan dapat ditawarkan kepada kerabat, tetangga, dan orang miskin.

·       Sekolah Islam: Kegiatan pendidikan dan kurikulum dapat digunakan untuk bimbingan siswa perempuan serta guru perempuan dan staf.

·  Masjid : Perempuan harus diizinkan pergi ke masajid untuk kegiatan bermanfaat. Masjid adalah tempat yang cocok untuk beberapa kegiatan perempuan seperti kelompok belajar Quran dan pelatihan lainnya. Serta tempat-tempat lain seperti Rumah Sakit, Penjara, dan Lembaga Kesejahteraan Sosial, Sekolah Tinggi atau Universitas Perempuan.

Ada banyak ayat dalam Quran yang mewajibkan pria Muslim dan perempuan untuk melakukan Dakwah, dan mengajak kepada yang baik dan melarang yang jahat. Sebagai contoh, Allah berfirman: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung (QS.3 :104).” Wallahua’lam