Nasehat Imam
Syafi’i, seorang ulama besar yang banyak melakukan dialog dan pandai dalam
berdebat :
“Apabila orang bodoh mengajak berdebat denganmu, maka sikap yang terbaik adalah diam, tidak menanggapi. Apabila kamu melayani, maka kamu akan susah sendiri. Dan bila kamu berteman dengannya, maka ia akan selalu menyakiti hati.”
Apabila ada
orang bertanya kepadaku,“Jika ditantang oleh musuh, apakah engkau diam?”
Jawabku kepadanya: “Sesungguhnya untuk menangkal pintu-pintu kejahatan itu ada kuncinya. Sikap diam terhadap orang yang bodoh adalah suatu kemuliaan. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan.”
Jawabku kepadanya: “Sesungguhnya untuk menangkal pintu-pintu kejahatan itu ada kuncinya. Sikap diam terhadap orang yang bodoh adalah suatu kemuliaan. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan.”
“Apakah kamu
tidak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti lantaran ia pendiam? Sedangkan
seekor anjing dibuat permainan karena ia suka menggonggong. Berkatalah
sekehendakmu untuk menghina kehormatanku, toh diamku dari orang hina adalah
suatu jawaban. Bukanlah artinya aku tidak mempunyai jawaban, tetapi tidak
pantas bagi Singa meladeni anjing.”
“Orang
pandir mencercaku dengan kata-kata jelek. Maka aku tidak ingin untuk
menjawabnya. Dia bertambah pandir dan aku bertambah lembut, seperti kayu wangi
yang dibakar malah menambah wangi.”
“AKU MAMPU BERHUJAH dengan 10 orang yang BERILMU, tetapi aku PASTI KALAH dengan SEORANG YANG JAHIL, karena orang
yang jahil itu TIDAK PERNAH FAHAM LANDASAN
ILMU.”
Maka dari itu, lebih baik kita MENGALAH saja dalam menghadapi orang yang jahil. Jika tidak, maka kita akan sama2 TURUT JAHIL. Maka DIAM saja itu PENYELAMAT, daripada diteruskan saling berbantahan yang TIADA KESUDAHAN.
Dan Nabi Muhammad saw bersabda :
Maka dari itu, lebih baik kita MENGALAH saja dalam menghadapi orang yang jahil. Jika tidak, maka kita akan sama2 TURUT JAHIL. Maka DIAM saja itu PENYELAMAT, daripada diteruskan saling berbantahan yang TIADA KESUDAHAN.
Dan Nabi Muhammad saw bersabda :
“Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” [HR. Abu Dawud]
Allah
subhanahu wa ta'ala berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
“Jadilah
engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah
dari orang-orang yang jahil.” [QS. Al-A’raf:199]
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ
سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” [QS An-Nahl :125]
Sudaraku...
Berdebat tidaklah terlarang secara mutlak, karena terkadang untuk meluruskan
sebuah syubhat memang harus dilalui dengan berdebat. Dan debat itu terkadang
terpuji, terkadang tercela, terkadang membawa mafsadat (kerusakan), dan
terkadang membawa mashlahat (kebaikan), terkadang merupakan sesuatu yang haq
dan terkadang merupakan sesuatu yang bathil. Namun jika debat dilakukan orang
jahil, justru malah memberikan madhorot yang besar, karena hanya akan berujung
debat tanpa dasar pondasi ilmu, menang-menangan dan hanya ingin menuruti hawa
nafsu (debat kusir), maka hal itu tidak perlu.
Dan dalam salah satu kitabnya, Diwan al-Syafi'i, terdapat
berbagai nasehat-nasehat berharga dalam bentuk sya'ir, diantaranya adalah
bagaimana menyikapi hidup agar selalu berjalan dan khusnudzon kepada Allah SWT
sehingga mendapat keberkahan hidup di dunia maupun akhirat nanti. Berikut
diantara Sya'ir Imam al-Syafi'i tersebut :
دع الأيام تفعل ماتشاء ** وطب نفسا إذا حكم القضاء
Biarkan
saja hari-hari berbuat sesukanya, dan lapangkanlah jiwamu jika qodlo’ telah
ditetapkan.
ولا تجزع لحادثة الليالي ** فمالحوادث الدنيا بقاء
Janganlah
engkau berduka atas apa yang terjadi, tidak ada apa pun di dunia ini yang abadi
وكن رجلا على الأهوال جلدا ** وشيمتك السماحة والوفاء
Jadilah
engkau laki-laki yang tangguh, perangaimu penuh toleransi juga menepati janji
وإن كثرت عيوبك في البرايا ** وسرك أن يكون لها غطاء
Jika
engkau tau bahwa engkau banyak memiliki aib di mata manusia, dan engkau
menginginkan tutup atas aib-aibmu tersebut
تستر بالسخاء فكل عيب ** يغطيه كما قيل السخاء
Tutuplah
aib-aibmu tersebut dengan kedermawanan, sebagaimana telah dikabarkan,
bahwasanya setiap aib bisa ditutup dengan kedermawanan
ولا تر للأعادي قط ذلا ** فإن شماتةالأعدا بلاء
Jangan sekali-kali engkau
perlihatkan kehinaanmu kepada musuh-musuhmu,karena caci-maki dari musuh adalah
sebuah balak
ولا ترج السماحة من بخيل ** فما في النارللظمآن ماء
Janganlah
engkau mengharapkan kemurahan dari orang bakhil, karena dalam sebuah api tidak
ada air yang bisa menghilangkan dahaga
ورزقك ليس ينقصه التأني ** وليس يزيد في الرزق العناء
"Tidak
akan berkurang rizkimu sebab santai dalam bekerja, dan tidak akan bertambah
pula dengan semangat usaha"
ولا حزن يدوم ولا سرور ** ولا بؤسعليك ولا رخاء
Tidak
ada kesusahan yang abadi tidak pula kesenangan, tidak pula kesengsaraan yang
saat ini sedang menimpamu, tidak pula kelapangan hidup
إذا ما كنت ذا قلب قنوع ** فأنت ومالك الدنيا سواء
Jika
engkau memiliki hati yang menerima (qona’ah), maka engkau dan raja-raja dunia
adalah sama
ومن نزلت بساحته المنايا ** فلا أرضتقيه ولا سماء
Barangsiapa
yang telah datang kematian di halaman rumahnya, maka tidak ada tempat di bumi
yang dapat menghalanginya, tidak pula di langit
وأرض الله واسعة ولكن ** إذا نزل القضا ضاق الفضاء
Bumi
Allah itu luas, tetapi ketika qodlo’ (ketentuan) telah ditetapkan, maka sesuatu
yang luas akan menjadi sempit
دع الأيام تغدر كل حين ** فما يغني عن الموت الدواء
Biarkan saja
hari-hari memperdayaimu setiap saat, karena tidak ada obat apapun bagi kematian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar