- Aku jadi sedih
- Tak bersemangat hidup
- Berpikir dia tidak mencintai aku
Saya bingung apa maksudnya, namun setelah
bertahun aku mencari jawaban tentang pertanyaan tersebut aku baru tersadar.
“Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mempersilahkan, atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan, yang kedua adalah keberanian.”
Lalu saya jadi teringat
kembali akan kisah cinta Ali dan Fatimah, dan inilah maksud dari orang yang ku
cintai akan cinta dalam diam :
Ali
tak pernah tahu apakah rasa yang dirasakannya terhadap Fatimah itu bisa disebut
cinta. Tapi ia tersentak ketika mendengar kabar yang sontak mengejutkannya.
Fatimah dilamar oleh Abu Bakar Ash Shiddiq, seorang sabahat yang kedudukannya
paling dekat dengan Rasulullah. Seorang lelaki yang iman dan akhlaknya tak
perlu diragukan lagi.
Ali
merasa bahwa Allah sedang mengujinya, merasa bahwa dirinya tak ada apa-apanya
bila dibandingkan dengan Abu Bakar. Ali tak pernah menyadari, walaupun ia bukan
kerabat dekat Rasulullah, namun keimanan dan pembelaannya terhadap agamanya
juga tak tertandingi. Seperti saat Abu Bakar menjadi kawan perjalanan
Rasulullah saat berhijrah. Justru Ali bertugas menggantikan Rasulullah menanti
maut di ranjangnya.
Memang
tak bisa dipungkiri, Abu Bakar sangat berjasa dalam perkembangan Islam di masa
Rasulullah. Mengingat berapa banyak tokoh maupun saudagar yang masuk Islam
karna tangan dinginnya. Lagi pula Abu Bakar adalah seorang saudagar yang secara
finansial InsyaAllah mampu membahagiakan Fatimah, itulah yang ada dibenak Ali.
Sedangkan dirinya hanyalah pemuda dari keluarga yang pas-pasan. Saat itu Ali
berfikir, inilah pergulatan antara “Persaudaraan dan Cinta”. Apakah dia harus
mengutamakan Abu Bakar yang sudah seperti saudara, ataukah dia harus
mengutamakan Cintanya atas Fatimah?. .
Waktu
demi waktu pun berlalu, terdengar kabar bahwa lamaran Abu Bakar atas Fatimah
ditolak. Mendengar berita itu, tak hayal seperti tumbuh tunas-tunas harapan
baru di hati Ali, lantas ia pun mulai memantaskan diri. Tapi ternyata ujian
Allah belum berakhir, Allah masih menguji cinta mereka. Setelah lamaran Abu
Bakar di tolak, datanglah seorang lelaki yang sejak masuknya ia ke Islam mampu
membuat kaum Muslimin mengangkat tegak wajahnya, karena ia mampu membuat
musuh-musuh Allah bertekuk lutut. Ya, ia adalah Umar bin Khattab, yang datang
untuk melamar Fatimah.
Dan
lagi-lagi, Ali pun merasa bahwa dirinya lebih kecil dibanding Umar. Bila
dibandingkan dengan Umar siapalah dirinya. Betapa tinggi kedudukan Umar di sisi
Rasulullah, ayah Fatimah. Disaat Rasulullah berhijrah, Ali hanya berani
menyusul Rasulullah dikelam malam dengan sembunyi-sembunyi dari kejaran musuh
yang frustasi karna tak menemukan Rasulullah. Siang harinya, lagi-lagi ia
mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir, menanti dan bersembunyi. Sementara
Umar, ia telah lebih dulu berangkat. Bertawaf lalu naik ke atas Ka’bah sembari
berteriak menantang suku Quraisy untuk melawan dirinya. Sekali lagi, Ali sadar,
siapalah dirinya bila dibandingkan dengan lelaki pemberani seperti Umar. Ali
merasa bahwa dirinya adalah pemuda yang belum siap menikah, apalagi menikahi
Fatimah, seorang putri Rasulullah. Umar jauh lebih layak.
Lagi-lagi,
lamaran pun ditolak. Dan berita ini pun sampai ke telinga Ali. Fikirnya,
menantu seperti apakah yang diinginkan Rasulullah? Apa seperti suami Zainab
binti Rasulullah, sang saudagar kaya? atau seperti suami Ruqayyah binti
Rasulullah, Utsman sang milyader?. Kedua menantu Rasulullah ini benar-benar
membuat Ali hilang kepercayaan diri. Lantas datanglah sahabatnya, ia meminta
Ali untuk mencoba mencalonkan diri sebagai menantu Rasulullah, calon suami
untuk Fatimah. Meskipun awalnya pesimis, tapi sahabat-sabahat Ali ini terus
menyemangatinya, Ali pun luluh.
Suatu
hari, Ali memberanikan diri mencoba menghadap Rasulullah untuk mencalonkan diri
melamar Fatimah. Meskipun ia sadar, secara ekonomi tak ada yang bisa dijanjikan
dari dirinya. Ia hanya memiliki satu set baju besi dan beberapa persediaan
tepung kasar. Tapi ia mencoba untuk menenangkan dirinya bahwa ia adalah seorang
pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya, seorang pemuda yang
meyakini bahwa Allah itu Maha Kaya.
Secara mengejutkan
Rasulullah pun menjawab dengan “Ahlan wa sahlan”. Sebuah kata yang meluncur
bersama senyuman. Ali pun bingung, apa maksudnya. Sebuah ucapan selamat datang
yang sulit untuk dijabarkan apakah sebuah isyarat penerimaan atau penolakan.
Tapi akhirnya kebingungannya pun terjawab, Rasulullah benar-benar menerima
pinangan Ali atas fatimah dengan mengandalkan baju besinya. Dengan keberanian
untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakar, Umar, juga Fatimah. Akhirnya Allah
pun mentakdirkannya untuk bisa memiliki Fatimah, dengan keberanian untuk
menikah sekarang! bukan janji-janji! dan nanti-nanti! walaupun dirinya belum
memiliki apa-apa. Inilah yang dimaksud dengan cinta tak pernah meminta untuk
menanti. Seperti Ali, ia mempersilakan, atau mengambil kesempatan. Yang pertama
adalah pengorbanan, yang kedua adalah keberanian.
Setelah pernikahan
mereka barulah Ali tahu, bahwa Fatimah pun memendam perasaan yang sama
pada Ali sejak lama. Ya, inilah cinta diam-diam yang sangat indah. Sebuah cinta
yang tak pernah diungkapkan pada manusia, tapi hanya diungkapkan pada Sang
Pemilik Hati. Disinilah Kekuasaan Allah berbicara, dua hati yang tak saling
tahu bahwa saling cinta, pada akhirnya disatukan karena kesabaran dan ketulusan.
Subhanallah…...
wallahu a’lam.......
“Kurasa sobat semua
telah jatuh cinta dalam diam dan bila
membaca entri ni, ada seseorang yang terlintas di pikiran sobat semua .”
J J J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar