Cinta, apa sih arti dari cinta itu ???
semua orang dan para ahlinya pastilah memliki pendapat dan pemikiran yang
berbeda-beda. Kalau menurtku pribadi cinta itu ya cinta, saya sendiri juga
bingung mengartikan apa yang namanya cinta itu. Namun cinta itu akan selalu ku
berikan dan hanya untuk Allah SWT
dan Rasulullah SAW
lah cinta abadi itu.Cinta yang juga selalu ku berikan untuk ke dua orang tua ku
terutama keluarga ku, sahabatku, orang di sekitarku, dan
masih ada tanda tanya besar untuk cinta yang ku berikan kepadanya (halagh palingan cuman cinta monyet biasa, yang penting kerja nyari duit yang banyak
dulu, haha malah curhat).
Pada hakekatnya Cinta itu adalah
sebuah amalan hati yang akan terwujud dalam (amalan) lahiriah. Apabila cinta
tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Allah SWT, maka ia akan menjadi
ibadah. Dan apabila sebaliknya, jika cinta itu tidak sesuai dengan ridha Allah
SWT maka akan menjadi perbuatan maksiat (seperti yang terjadi pada zaman
sekarang ini). Berarti jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang bila keliru
menempatkannya akan menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai Allah yaitu
kesyirikan.
Islam menyeru kepada cinta, yaitu cinta
kepada Allah, cinta kepada Rasulullah, cinta kepada Agama, cinta kepada aqidah,
juga cinta kepada sesama makhluk, sebagaimana Allah menjadikan perasaan cinta
antara suami istri sebagai sebagian tanda dan bukti kekuasaan-Nya, firman Allah
SWT:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir (QS. Ar-Ruum: 21)”.
1. CINTA MAWADDAH adalah jenis cinta
mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah,
maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga
cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
2. CINTA RAHMAH adalah jenis cinta yang
penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang
memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya
dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang
kekasih walaupun ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya
dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah
adalah cinta antara orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua
terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat
disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan
kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut
rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana
psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya
diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber
silaturrahim ertinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat
oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir
batin-dunia akhirat.
3. CINTA MAIL adalah jenis cinta yang
untuk sementara sangat membara, sehingga menyedut seluruh perhatian hingga
hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an
disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada
yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
4. CINTA SYAGHAF adalah cinta yang
sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta
jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) boleh jadi seperti orang gila, lupa diri
dan hampir-hampir tak menyedari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term
syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, isteri pembesar Mesir
kepada bujangnya, Yusuf.
5. CINTA RA’FAH yaitu rasa kasih yang
dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak
sehingga tidak sanggup membangunkannya untuk sholat, membelanya meskipun salah.
Al Qur’an menyebut istilah ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah
menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini hukuman bagi
penzina (Q/24:2).
6. CINTA SHOBWAH yaitu cinta buta, cinta
yang mendorong kelakuan yang menyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an
menyebut istilah ini ketika mengisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar
dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan
penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam
perbuatan bodoh, “wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min
al jahilin (Q/12:33)”.
7. CINTA SYAUQ (RINDU), istilah ini
bukan dari Al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan Al Qur’an. Dalam surat
Al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti
waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa
ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad : ”wa as’aluka ladzzata an nadzori ila
wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya
memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan
Mu”. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab “Raudlat al Muhibbin wa
Nuzhat al Musytaqin”, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang
kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di
dalam hati sang pecinta, (hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al
muhibbi).
8. CINTA KULFAH yakni perasaan cinta
yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positif meski sulit,
seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri,
meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut Al Qur’an ketika menyatakan bahwa
Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, “la
yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)”.
Cinta Sejati Menurut Islam :
1.
Tidak rela yang dicintai menderita
2.
Rela berkorban apapun demi yang dicintai
3.
Memenuhi segala keinginan dari yang
dicintai
4.
Tidak pernah memaksakan kehendak kepada
yang dicintai
5.
Berlaku sepanjang masa. Cinta tersebut
hanya ada antara Khalik dan Makhluk, cinta antara makhluk harus ditambah
syarat-syarat berikut :
- Cintanya tersebut karena Allah S.W T.
- Harus memenuhi segala aturan yang
dibuat oleh Allah SWT
- Sex bukanlah cinta dan cinta bukanlah sex,
tetapi sex adalah bunga-bunga dari cinta dan hanya ada dalam pernikahan dan
hanya dengan yang dinikah
- Cinta bukan uang atau harta atau
duniawi, tetapi cinta membutuhkan uang, harta dan duniawi.
Begitu indahnya cinta Islam, cinta untuk Allah, cinta
untuk Rasulullah, cinta untuk orang yang melahirkan kita, cinta untuk orang tua
kita, cinta untuk sahabat kita, cinta untuk orang di sekitar kita, cinta untuk
orang yang akan mendampingi kita nantinya, dan tentunya cinta untuk semua
makhluk-makhlukNya. Namun pada zaman sekarang dan situasi kondisi saat
ini, cinta yang lahir cenderung penuh dengan hawa nafsu, nafsu yang
menggebu-gebu dan menyimpang dari norma-norma agama dan apa yang telah
diperintahkan Allah SWT, serta menyimpang dari sebuah tujuan murni cinta itu
yang sebenarnya. Setiap saat, setiap hari kita terutama pada kalangan muda bahakan
anak-anak pun dibuai dengan lagu-lagu cinta, dibuat terlena dengan tontonan
kisah cinta (sinetron, film) yang menghanyutkan kita ke dalam dunia khayal yang
merugikan. Bahkan sekarang ini banyak orang yang menyalahartikan makna dan arti
dari apa cinta itu sebenarnya, sehingga mereka terdorong melewati batas
pergaulan dan tatasusila seorang mukmin.
Maka daripada itu, renungkanlah sejenak kawan
hakikat sebuah kehidupan kita di dunia ini. Rasullulah SAW bersabda:
“Tidak sempurna iman salah seorang dari kamu
sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai diri sendiri.” Juga sabda
Rasulullah, “Barang siapa ingin mendapatkan manisnya iman, maka hendaklah ia
mencintai orang lain karena Allah.” (HR Hakim dari Abu Hurairah)”.
Ingatlah Sobat kita di dunia ini
hanyalah mampir minum sebentar. Lihatlah matahari yang biasa menerangi
alam semesta ini, seterang-terangnya dan sepanas-panasnya dia…saat
waktunya tiba, dia juga akan menghilang dan pulang kembali ke peraduannya,
begitu juga dengan apa yang kita miliki di dunia ini, bahkan diri kita sendiri,
jika saatnya tiba, …kita juga akan sama dengan matahari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar